Duka NU di Tengah Dinamika Muktamar
Saat berlangsung perhelatan akbar Nahdlatul Ulama (NU). Namanya muktamar. Inilah hajatan besar ormas Islam Tradisional itu pascapilpres langsung yang dimenangkan pasangan SBY-JK pada Pilpres 2004. Lokasi perhelatan untuk merumuskan program kerja, rais am, dan ketua umum PBNU itu di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali.
Lokasi muktamar NU itu berdekatan dan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo. Selain itu, asrama haji milik Pemprov Jateng yang dibangun di era Gubernur Suwardi itu tak jauh jaraknya dengan Bandar Udara Adi Sumarmo Solo.
Pada 30 November 2004, sejumlah agenda Muktamar NU telah dibuka dan dibahas para muktamirin. Banyak tokoh, kiai, ulama, dan warga NU berdatangan ke asrama haji itu. Mereka datang dari penjuru Tanah Air. Mereka memakai moda transportasi udara, laut, dan darat untuk mencapai asrama haji tersebut. Lokasi Asrama Haji Donohudan tak lebih dari 3 kilometer dari Bandar Udara Adi Sumarmo Solo.
Sekitar pukul 18:15, penulis saat itu sedang konsentrasi menuangkan alinea demi alinea untuk laporan kegiatan Muktamar, tiba-tiba dikejutkan dengan ledakan suara sangat keras. Saat itu hujan deras disertai petir sedang menyapa kawasan Asrama Haji Donohudan dan Bandar Udara Adi Sumarmo.
Kami mengira bahwa suara keras itu petir yang menyalak. Ternyata bukan itu sumbernya. Sebuah pesawat penumpang Lion Air jenis MD-82 dengan nomor penerbangan JF 536 gagal mendarat dengan sempurna di bandar udara itu. Pesawat tergelincir, masuk ke sawah kemudian terjerembab di areal tempat pemakaman umum di dekat bandara tersebut, Selasa, pukul 18.15.
Akibat kecelakaan itu, ada 26 penumpang meninggal dunia, luka berat 56 orang, 60 orang luka ringan, dan dua penumpang lainnya tak cidera. Musibah penerbangan yang menewaskan puluhan penumpang itu diduga akibat kondisi landasan yang licin dan rem tak berfungsi, sehingga meluncur tanpa terkendali. Bahkan, pesawat kemudian naik lagi, melintas di atas jalan raya Kartasura-Nogosari, dan jatuh pas di tengah-tengah kuburan Desa Donohudan, sekitar 100 meter dari jalan raya tersebut.
Pascakecelakaan, badan pesawat MD-82 itu terbelah di bagian tengah, bagian bawah dan samping kiri hancur dan berlubang. Bagian depan pesawat nyungsep di areal kuburan, sedang bagian belakang yang patah berada di sawah. Roda terlempar sekitar 20 meter sebelah belakang kiri pesawat. Kursi mulai kelas bisnis di barisan paling depan sampai nomor 20 berantakan, sehingga banyak penumpang yang tertindih.
Musibah kecelakaan pesawat Lion Air itu melahirkan duka mendalam bagi keluarga besar NU dan PKB. KH Yusuf Muhammad, Ketua FPKB DPR RI, kiai NU asal Kabupaten Jember, Jatim yang masih punya hubungan kekeratan dengan KH Achmad Siddiq (Rais Am PBNU hasil muktamar NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo) termasuk di antara korban meninggal dunia itu. Gus Yus--panggilan akrab KH Yusuf Muhammad--terbang dari Jakarta ke Solo untuk mengikuti Muktamar ormas Islam Tradisional itu. Tapi, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkehendak lain. Dalam usia relatif muda dan saat karir politiknya sedang mencorong, kiai brilian itu dipanggil menghadapi Kepada-Nya. ''Namanya ada di daftar penumpang, tapi saya belum menemukan dirawat di mana,'' kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi saat itu.
Berita duka itu tak hanya menyesakkan keluarga besar korban. Bagi keluarga besar NU yang sedang bermuktamar di asrama haji Donohudan, nyungsepnya pesawat Lion Air hingga ke pemakaman penduduk di sekitar Bandar Udara Adi Sumarmo menjadi musibah luar biasa. Di situ ada putra terbaik NU yang menjadi korbannya. Gus Yus karir politiknya mulai merangkak naik setelah berkiprah di PKB sejak Pemilu 1999. Kiai muda ini dikenal memiliki banyak terobosan pemikiran luar biasa bagi pencerahan umat, khususnya warga NU. "Itu berita duka mendalam bagi keluarga besar NU," tambah Kiai Hasyim ketika itu.
Pesawat dengan total jumlah penumpang 146 orang itu dipiloti Dwi M dan co- pilot Steven Lesdek. "Ketika roda menyentuh landasan, masih terasa halus, tidak ada masalah. Tapi tiba-tiba saja pesawat seperti oleng dan tidak bisa dikendalikan. Bahkan, kalau kondisi normal seperti terasa mengerem, ini malah kembali melaju, seperti ketika rem dilepas. Nah, saat itulah tiba-tiba terdengar bunyi letupan berkali-kali. Setelah itu, terasa pesawat seperti menabrak sesuatu berkali-kali, dan berhenti,'' kata Lugiyanto, salah seorang penumpang yang selamat.
Tahu pesawat oleng, seluruh penumpang histeris. Semuanya merunduk ke depan, sampai kemudian terasa pesawat berhenti. Begitu tahu pesawat sudah berhenti, penumpang berebut keluar. Mereka keluar pesawat melalui sebuah lubang pesawat yang terbelah. "Saya kira itu pintu darurat, ternyata badan pesawat yang terbelah dan berlubang. Ketika kami menginjakkan kaki, terasa seperti di atas sawah. Dan ketika berjalan, beberapa kali kesandung batu. Ternyata kami menyandung nisan kuburan,'' tambahnya
Editor : Fai
Sumber : Btjstim
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website
Label:
Politik,
Warta Bumi
0 komentar:
Post a Comment