Politisi asal Jember Moch Eksan, yang akrab dipanggil Gus Eksan, selaku ketua DPD Partai NasDem, memiliki strategi dan intrik tersendiri, dalam rangka mengkampanyekan partai NasDem ditengah-tengah masyarakat, sebagai salah satu denyut perubahan ditataran masyarakat grasroot.
"Kami memulainya dari desa, dengan merevitalisasi imam tahlil," kata Ketua DPD Nasdem Jember, Moch. Eksan, Rabu (1/5/2013).
Tokoh agama yang biasa memimpin pembacaan dan doa tahlil
setiap kali ada warga yang meninggal dunia. "Posisi mereka sebetulnya
simbol moral dan spiritual di lingkungan kecil di kampung," kata Eksan.
Mereka perlu dikuatkan di tengah gelombang pengaruh paham Islam transnasional yang meminggirkan tradisi keislaman lokal. Ini sekaligus mengisi ruang yang diakibatkan krisis keteladanan tokoh.
"Saat ini hampir tidak ada referensi figur. Orang hampir tidak percaya terhadap tokoh nasional, regional, dan lokal. Mereka dianggap mulai berkurang kadar keikhlasan dalam hal pelayanan terhadap umat," kata Eksan.
"Ini berbeda dengan imam tahlil. Mereka sepi ing pamrih, rame ing gawe. Hidupnya sederhana dan membaur dengan masyarakat. Api kekuatan umat ada di mereka, bukan di figur-figur yang dikenal publik sebagai tokoh besar dan berpengaruh luas," kata pria yang juga sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jember ini.
Revitalisasi imam tahlil ini terinspirasi gerakan yang digagas KH Abdurahman Wahid, almarhum Ketua Umum PBNU, yang menguatkan kiai kampung. "Dan kita punya sarana untuk itu, yakni program partai yang memberikan santunan bagi anggota Nasdem yang meninggal dunia," kata Eksan.
Hingga saat ini, hampir 90 orang anggota Nasdem Jember yang disantuni sejak dua tahun silam. "Gerakan ini berkelanjutan, dan tidak terkait dengan momen politik," kata Eksan.
Eksan dengan blak-blakan mengakui, bahwa program santunan juga terilhami oleh program NU. "Dulu, NU di era akhir kepemimpinan Gus Dur, juga memberikan santunan kepada warga NU yang memiliki kartu anggota saat meninggal dunia," katanya
Mereka perlu dikuatkan di tengah gelombang pengaruh paham Islam transnasional yang meminggirkan tradisi keislaman lokal. Ini sekaligus mengisi ruang yang diakibatkan krisis keteladanan tokoh.
"Saat ini hampir tidak ada referensi figur. Orang hampir tidak percaya terhadap tokoh nasional, regional, dan lokal. Mereka dianggap mulai berkurang kadar keikhlasan dalam hal pelayanan terhadap umat," kata Eksan.
"Ini berbeda dengan imam tahlil. Mereka sepi ing pamrih, rame ing gawe. Hidupnya sederhana dan membaur dengan masyarakat. Api kekuatan umat ada di mereka, bukan di figur-figur yang dikenal publik sebagai tokoh besar dan berpengaruh luas," kata pria yang juga sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jember ini.
Revitalisasi imam tahlil ini terinspirasi gerakan yang digagas KH Abdurahman Wahid, almarhum Ketua Umum PBNU, yang menguatkan kiai kampung. "Dan kita punya sarana untuk itu, yakni program partai yang memberikan santunan bagi anggota Nasdem yang meninggal dunia," kata Eksan.
Hingga saat ini, hampir 90 orang anggota Nasdem Jember yang disantuni sejak dua tahun silam. "Gerakan ini berkelanjutan, dan tidak terkait dengan momen politik," kata Eksan.
Eksan dengan blak-blakan mengakui, bahwa program santunan juga terilhami oleh program NU. "Dulu, NU di era akhir kepemimpinan Gus Dur, juga memberikan santunan kepada warga NU yang memiliki kartu anggota saat meninggal dunia," katanya
Editor : FA
Sumber: inilah.com
0 komentar:
Post a Comment