Hari-hari dilalui dengan canda, tawa, dan tangis yang kerap datang
setiap saat. inilah panggung sandiwara yang penuh dengan warna cerita,
tiada pernah diundang maupun mengundang. sudah cukup lama dunia hitam
digeluti, dengan berbagai bentuk alasan yang beragam, tetapi secara
esensial, hanya untuk memenuhi perut yang keroncongan.
Bila malam menjemput, berharap para tamu datang dengan sebotol anggur,
dan membokingnya ketempat yang romantis, sehingga berbagai persoalan
peliknya kehidupan mampu terhapus dalam dinginnya malam. inilah fakta
kehidupan, “Ujar sang pelacur”. dengan seteguk anggur bukan berarti
nurani diam, atau sumringah, namun jeritan tanpa suara, melantunkan
ayat-ayat penyesalan.
Tuhan…kami tidak sedang berjalan atas keinginan dan kehendak kami,
tetapi fakta sunyi dari sulitnya ekonomi, yang terus memaksa untuk
mengurangi derai air mata, yang kerapkali menjadikan anak-anak kami
terlantar dan putus sekolah, dan hidup yang serba kekurangan memaksa
kami untuk berbuat sesuatu. kami tak peduli itu semua dihalalkan ataupun
diharamkan, diperbolehkan atau dilarang.
Disinilah kami mengerti mana yang hitam, dan mana pula yang putih, dan
disini pula kami menghargai akan upaya-upaya, sebagai bentuk tanggung
jawab. andai saja ada yang lebih baik, barangkali sudah lama kami
tinggalkan profesi kupu-kupu malam, yang kerjanya hanya pindah dari
kumbang yang satu ke kumbang yang lain.
Dosakah kami atas perbuatan ini, ketika hal itu menjadi satu-satunya
pilihan dalam bertahan, kami bukan penjudi, tidak pula sedang korupsi,
tetapi kami hanya melacurkan diri untuk sesuap nasi.
Surat Cinta Dari Sang Pelacur
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website
Label:
Life Style,
Opini
0 komentar:
Post a Comment